TUGAS KE 2
PENGETAHUAN LINGKUNGAN
Disusun Oleh:
Kelompok :
II (Dua)
Nama / NPM :
1. Dinar Ramadhan / 32413545
2. Friska
Magdalena / 33413589
3. Muhamad
Febriyan R. / 35413722
4. Mustofa
Ahmad M. / 36413218
5. Rona
Maulana / 38413072
Kelas
: 3ID10
|
A.
LANDASAN
Pengertian Penduduk
Penduduk
adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Indonesia selama enam
bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi
bertujuan menetap. Pertumbuhan penduduk diakibatkan oleh tiga komponen yaitu:
fertilitas, mortalitas dan migrasi.
1.
Fertilitas
Fertilitas
sebagai istilah demografi diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari
seorang wanita atau sekelompok wanita.
2.
Mortalitas
Mortalitas
atau kematian adalah peristiwa menghilangnya semua tanda-tanda kehidupan secara permanen
yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
3.
Migrasi
Migrasi
adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap di suatu tempat ke
tempat lain melampui batas politik/ Negara ataupun batas administrative atau
batas bagian dalam suatu Negara. Jadi migrasi sering di artikan sebagai perpindahan yang
relatif permanen di suatu daerah ke daerah lain.
Menurut
Evereet S. Lee ada empat faktor yang menyebabkan orang mengambil keputusan
untuk melakukan migrasi yaitu:
1. Faktor – faktor yang
terdapat di daerah asal
2. Faktor – faktor yang
terdapat di tempat tujuan
3. Faktor – faktor yang
menghambat
4. Faktor – faktor pribadi
Masalah Kependudukan
Masalah kependudukan di
Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan
memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah pokok yang terkait
satu sama lainnya, yaitu:
1. Jumlah penduduk yang besar
2. Tingkat pertumbuhan yang
tinggi
3. Penyebaran penduduk yang
tidak merata
4. Komposisi umur penduduk yang
timpang
5. Dan masalah mobilitas
penduduk
Paket
masalah kependudukan ini telah menjadi induk dari berbagai masalah lain.
Apabila tidak segera ditangggulanngi tidak mustahil mendatangkan efek yang
lebih parah lagi dan dapat melumpuhkan pembangunan nasional.
Teori-teori Penduduk
Teori-teori penduduk dibagi
menjadi beberapa teori yaitu:
a. Teori Pertumbuhan Penduduk
1. Teori Natural
Teori ini
mengemukakan bahwa hewan dan tumbuhan dipengaruhi oleh temperatur, curah hujan,
kesuburan tanah (Ruslan H. Prawiro, 1983: 27)
2. William Gadwin
Mengemukakan bahwa kemelaratan adalah
orang atau struktur masyarakat yang salah dan dapat diperbaiki dengan prinsip
sama rata sama rasa (Ruslan H. Prawiro, 1983: 27)
3. Thomas Robert Malthus
Mengemukakan
bahwa kemelaratan adalah tidak imbangnya pertambahan penduduk dengan
pertambahan bahan makanan (Ruslan H. Prawiro, 1983: 25)
Komposisi Penduduk
a. Biologi: umur, jenis kelamin
b. Sosial: pendidikan, status
c. Ekonomi: jenis pekerjaan,
lapangan pekerjaan, tingkat pendapatan
d. Geografi: tempat tinggal
e. Budaya: agama, adat
istiadat, dan lain sebagainya
Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan indicator
daripada tekanan penduduk di suatu daerah. Kepadatan di suatu daerah
dibandingkan dengan luasa tanah yang ditempati dinyatakan dengan dengan
banyaknya penduduk perkilometer persegi.
Kepadatan penduduk dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
Jumlah penduduk yang digunakan sebagai
pembilang dapat berupa jumlah seluruh penduduk diwilayah tersebut, atau
bagian-bagian penduduk tertentu seperti: penduduk daerah perdesaan atau
penduduk yang bekerja di sector pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapat
berupa luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian, atau luas daerah pertanian, atau luas daerah perdesaan.
Kepadatan penduduk di suatu wilayah
dapat dibagi menjadi empat bagian:
1.
Kepadatan penduduk kasar (crude density of population) atau sering pula
disebut dengan kepadatan penduduk aritmatika.
2. Kepadatan penduduk
fisiologis (physiological density)
3. Kepadatan penduduk agraris (agricultural
density)
4. Kepadatan penduduk ekonomi (economical
density of population)
B. PERKEMBANGAN PENDUDUK DI INDONESIA
Menurut
sensus penduduk indonesia 1980 jumlah penduduk indonesia adalah 147 juta jiwa,
pada tahun 1984 penduduk indonesia berjumlah sekitar 162 juta jiwa. Dengan
jumlah tersebut penduduk indonesia merupakan penduduk terbesar di kawasan Asean
dan merupakan urutan lima terbesar di dunia.
Melihat perkembangan penduduk indonesia
sejak sensus pertama sampai saat ini terlihat tingkat pertumbuhan pertahun dari
periode sensus mengalami kenaikan. Semakin tinggi angka pertumbuhan penduduk
makin cepat pula penduduk menjadi dua kalilipat. Akibatnya tingkat kepadatan
menjadi tinggi, karena dilain pihak tanah tidak menjadi tambah lebar. Kepadatan
penduduk pulau jawa tertinggi dibandingkan pulau-pulau lain. Pulau sumatra
mempunyai penduduk hampir seperlima penduduk indonesia, dengan wilayah hampir 4
kali lipat pulau jawa.
Cara-Cara Pengukuran Perkembangan Penduduk dari Pencatatan vital
Statistik.
Jika suatu daerah
mempunyai suatu sistem pencatatan penduduk berjalan dengan baik, jumlah
penduduk pada akhir periode waktu dari daerah yang bersangkutan dapat
diperkirakan dengan menggunakan persamaan :
Pt = P0 + B + D + I +
E
Keterangan :
Pt = jumlah penduduk
pada akhir periode t
P0 = jmlah penduduk
pada awal periode
B = jumlah kelahiran yang terjadi dalam periode
t
D = jumlah kematian yang terjadi dalam periode
t
I = jumlah imigran atau migran masuk
E = jumlah emigran atau migran ke luar
Persamaan diatas dikenal dengan persamaan
penduduk berimbang atau balancing equation. Karena jumlah kelahiran, kematian,
migrasi masuk, imigrasi keluar dapat diketahui.
Jika jumlah angka-angka jumlah kematian dan
kelahiran tak tersedia, dan yang tersedia hanya angka jumlah penduduk pada
waktu-waktu tertentu seperti pada waktu-waktu sensus, perkembangan penduduk
dapat diperlakukan antara lain dengan menggunakan rumus geometrik.
Rumus persamaan
geometri :
C. PERTAMBAHAN PENDUDUK DAN
LINGKUNGAN PEMUKIMAN
Dari segi lingkungan,
masalah pemukiman adalah masalah penduduk, ketika manusia berjumlah terbatas
dan hidup serba sahaja, maka cara hidup dan bermukim manusia diserasikan dengan
lingkungan alam.
Peledakan penduduk
menyebabkan pula pembesarnya lagi urbanisasi, sehingga tak ada satu kota pun
yang mampu menampung arus penghuni baru, yang datang akibatnya pengangguran
dikota makin lama makin membengkak. Daerah pemukiman bertambah luas, sampah
berserakan dimana-mana, persediaan air yang sehat tidak dapat memenuhi
kebutuhan dan akibatnya wabah penyakit menyerang masyarakat. Pertumbuhan
penduduk di kota-kota di indonesia memang tidak merata. Walau bagaimanapun,
kota-kota besar dengan tingkat fasilitas dan pelayanan yang lengkap merupakan
daya tarik aliran penduduk desa kekota.
Secara umum, penduduk kota
didunia memang sudah menunjukan pertumbuhan yang meningkat secara fantastis,
lebih dari dua kali lipat penduduknya, yakni dari 313 juta menjadi 655 juta di
sekitar tahun 1950-an dalam waktu sepuluh tahun. Pertambahan penduduk kota yang
relatif tinggi di asia tenggara
khususnya dan negara-negara di dunia umumnya menimbulkan suatu masalah
tersendiri. Jika perkembangan kota di negara maju menyebabkan terjadinya proses
urbanisasi, yang sekaligus dapat memberikan perubahan yang fudamental kepada
struktur masyarakat secara keseluruhan, di negara berkembang perubahan serupa
ini tidak nampak secara nyata. Sebagai dasar perubahan dari penduduk luar kota
dengan penduduk kota di negara maju jelas adalah perkembangan teknologi.
Dalam negara berkembang,
terutama di indonesia, masalah melenyapkan ketegangan kota berpenduduk padat
yang makin lama makin bertambah banyak, merupakan masalah yang serius perlu
ditangani. Akibat hal tersebut menimbulkan kota-kota yang jelek dan tidak
menyenangkan seperti terjadi di negara-negara yang telah berkembang, di negara
berkembang yang kekurangan modal akibatnya akan jauh lebih buruk lagi apabila
membiarkan harga tanah dan biaya pembangunan terus meningkat. Karena itu pada
prinsipnya harus ada suatu kebijaksanaan untuk mengatur penggunaan tanah untuk
m,embeli atau mengontrol tanah di kota, untuk memungut atau mencegah keuntungan
yang diperoleh dari tanah demi keperluan umum. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa perkembangan penduduk yang sangat besar ini mempunyai dampak
yang berantai terhadap lingkungan dan gejala aspek yang ada didalamnya.
D. PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN
TINGKAT PENDIDIKAN
Di
negara-negara yang anggaran pendidikannya paling rendah biasanya menunjukan
angka kelahiran yang tinggi. Tidak hanya persediaan dana yang kurang, tetapi
komposisi usia secara piramida pada penduduk yang berkembang dengan cepat juga
berakibat bahwa rasio antara guru yang terlatih dan jumlah anak usia sekolah
akan terus berkurang.
Pertambahan penduduk yang cepat, tidak
lepas dari pengaruhnya terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan, cendrung
untuk menghambat perimbangan pendidikan. Kekurangan fasilitas pendidikan
menghambat program persamaan antara laki-laki dan wanita, pedesaan dan kota,
dan antara bagian masyarakat yang kaya dan miskin. Pertambahan penduduk yang
cepat menghambat perluasan pendidikan, juga mengarah pada apatisme di dunia
yang kesulitan untuk mengatasinya.
Tingkat pendidikan adalah sangat menentukan sebagai alat
penyampaian informasi kepada manusia tentang perlunya perubahan dan untuk
merangsang penerimaan gagasan baru.
E. PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN
PENYAKIT YANG BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN HIDUP.
Penyebab meningkatnya penyakit dan kematian di dunia sekarang
ini antara lain perubahan yang dibuat manusia dalam lingkungan hidupnya.
Perubahan ini timbul dari teknologi modern, pertambahan penduduk dan kebutuhan
untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
manusia.
Penyakit yang disebabkan oleh lingkungan dapat bermacam-macam,
menakutkan dan tidak pandang bulu mereka yang kaya dan miskin bisa saja menjadi
korbannya. Tanpa membedakan usia, jenis kelamin atau status sosialnya. Dengan
tambahnya penduduk, masalah kesehatan sering meningkat, salah satu akibatnya
yang menyolok dari angka kelahiran yang tinggal di negara berkembang adalah
berkembangnya kota-kota. Dengan kehidupan kota, timbul pula penyakit perkotaan.
Makin banyak penduduk terpusat dikota-kota menyebabkan makin meningkatnya
polusi, melebihi kemampuan usaha manusia maupun alam dalam membersihkan air dan
udara.
Menyusutnya persediaan air bersih dan sehat telah menjadi
pemikiran bagi petugas kesehatan di negara=-negara kaya maupun miskin. Perluasan
sistem penyaluran dan penjernian air tidak mengimbangi melimpahnya
kotoran-kotoran sisa industri, pertanian maupun manusia yang semuanya itu
disebabkan oleh pertambahan penduduk yang sangat cepat. Di wilayah yang
terdapat pemusatan penduduk, tekanan yang meningkat akan sumber-sumber air
telah menyebabkan berjangkitnya wabah kholera, typhus, dan hepatitis.
F. PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN
KELAPARAN
Semenjak periode 25 tahun terakhir ini dunia mulai menghadapi
tiga masalah pangan yang saling berkaitan dan mengkhawatirkan. Masalah-masalah
tersebut adalah turunnya konsumsi gandum perkapita. Ke tidakmampuan membangun
kembali persediaan gandum dan meningkatnya ketergantungan dunia akan ekspor
gandum dari amerika utara, sementara itu penduduk dunia bertambah terus hampir
70 juta per tahun.
Beberapa faktor telah berpengaruh pada penurunan konsumsi gandum
per kapita di dunia. Produksi terpaksa dikurangi karena biaya dan persediaan
energi yang ketat, biaya produksi dan persediaan pupuk yang ketat, dan dimana
persediaan kayu bakar sedikit, kotoran binatang yang semestinya digunakan untuk
pupuk, terpaksa dipakai sebagai bahan bakar. Persediaan gandum yang merupakan
standar jaminan pangan dunia makin lama
makin berkurang. Pada tahun 1961 persediaan gandum amerika serikat mencapai 105
hari. Pada tahun 1972 persediaan menurun menjadi 69 hari konsumsi sementara
persediaan menurun ketergantungan kepada amerika utara meningkat. Selama lebih
¼ abad. Wilayah ini telah menjadi gudang pangan bagi negara-negara yang
kekurangan pangan di dunia.
Laporan tentang kenaikan angka kematian karena kurang gizi di
negara-negara miskin menunjukan bagaimana masalah pangan dan penduduk
memerlukan perhatian lebih mendalam. Gejala penyakit yang disebabkan oleh
kelesuhan jasmani meluas dan menghilangkan kegairahan kerja, kemunduran dan
penderitaan jutaan manusia. Kekurangan gizi dalam kandungan dan masa
kanak-kanak menyebabkan kerusakan otak cacat dan cacat mental pada kanak-kanak.
Kekurangan gizi pada saat sekarang akan berakibat pada generasi yang akan
datang, yang memasukan unsur-unsur yang merisaukan pada perencanaan lingkungan.
G. KEMISKINAN DAN
KETERBELAKANGAN
Teori Kemiskinan
Kemiskinan hanyalah menunjuk pada rendahnya tingkatan
pendapatan perkapita suatu Negara. Isitilah ini tidak ada hubungannya dengan
budaya bangsa tersebut. Dengan demikian kata “miskin” dan “kurang berkembang”
dapat saling dipertukarkan (Jhingan, 2008).
Prof Shannon dalam (Jhigan, 2008) membuat pembedaan sebagai
berikut : “Suatu daerah atau negara dapat digolongkan sebagai berkembang
(develop) tetapi miskin disebut sebagai kurang berkembang, suatu daerah yang
‘tidak berkembang’ mungkin dapat disebut sebagai kurang berkembang, apabila ia
tidak mampu untuk berkembang, “miskin (poor)” dan “terbelakang (backward)” juga
digunakan sebagai sinonim “kurang berkembang.
Simon Kuznets dalam (Jhingan, 2008) mengusulkan tiga definisi
tentang keterbelakangan. Pertama, istilah itu dapat berarti kegagalan
memanfaatkan secara penuh potensi produktif dengan menggunakan tingkat pengetahuan
teknologi yang ada. Kedua, berarti keterbelakangan dalam kinerja (performance)
ekonomi dibandingkan dengan daerah atau negara lain dalam periode yang sama.
Ketiga, ia dapat berarti kemiskinan ekonomi, dalam arti kegagalan menyediakan
biaya hidup yang memadai dan harta benda yang dapat memuaskan sebagaian besar
penduduk.
Karakteristik masyarakat miskin
Karakteristik masyarakat miskin secara umum ditandai oleh
ketidakberdayaan/ ketidakmampuan (powerlessness) dalam hal :
a.
Memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar
seperti pangan dan gizi, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan;
b.
Melakukan kegiatan usaha
produktif;
c.
Menjangkau akses sumber daya
ekonomi;
d.
Menentukan nasibnya sendiri serta
senantiasa mendapat perlakuan diskriminatif, mempunyai perasaan ketakutan dan
kecurigaan, serta sikap apatis dan fatalistik;
e.
Membebaskan diri dari mental dan
budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang
rendah.
Kemiskinan
dan Dampaknya
Secara
konseptual kemiskinan dapat dipandang dari beberapa segi. Pertama-tama dari
segi subsistem. Dimana penghasilan dan jerih payah seseorang hanya pas-pasan
untuk dimakan saja, atau bahkan tidak pulauntuk itu. Sedangkan dari segi
eksternal mencerminkan konsekuensi sosial dari kemiskinan terhadap masyarakat
di sekelilingnya, yaitu bagaimana kemiskinanyang berlarut-larut mengakibatkan
dampak sosial yang tidak ada habisnya. Sedangkan kemiskinan ada tiga macam,
ialah kemiskinan relatif yaitu menurut perbandingan kelas-kelas pendapatan,
kemiskinan subjektif, menurut perasaan per orang dan kemiskinan absolut.
Dampak
kemiskinan terhadap orang-orang miskin sendiri dan terhadap lingkungannya baik
lingkungan sosial maupun lingkungan alam, dengan sendirinya sudah jelas
negatif. Orang miskin tidak mampu memenuhi keperluan gizi minimal bagi dirinya
sendiri maupun bagi keluarganya. Dampak kemiskinan terhadap lingkungan sosial
tampak mengalirnya penduduk kekota-kota tanpa bekal pengetahuan apalagi bekal
materi. Akibatnya antara lain ialah banyak tukang becak, pemungut puntung,
gelandangan, pengemis, dan sebagainya yang menghuni kampung-kampung liar dan
jorok di gubuk-gubuk reot yang tidak pantas didiami manusia.
Sebab-Sebab
Kemiskinan
Sebab-sebab kemiskinan yang
pokok bersumber dari empat hal, yaitu mentalitas si miskin itu sendiri,
minimnya keterampilan yang dimilikinya, ketidakmampuan untuk memanfaatkan
kesempatan-kesempatan yang disediakan, dan peningkatan jumlah penduduk yang
relatif berlebihan.
Apabila orang sudah
terperangkap dalam jurang kemiskinan, dan tidak lagi melihat kemungkinan untuk
keluar dari jurang itu, maka ia cendrung mengambil sikap “nerimo” dalam bahasa
jawanya. Sumber daya alam lama kelamaan akan terkuras habis, dan bahkan jika
tidak habis, makin banyak orang yang memerulakan makanan sedangkan sumberdaya
alam bukannya makin meningkat kemampuannya. Hal ini berkaitan dengan
meningkatnya kepadatan penduduk yang memang sukar dicegah walaupun program KB
terus menerus digalakan.
Pokok-Pokok
Penanggulangan Kemiskinan
Cara-cara
penanggulangan penyakit ini pada hakikatnya haruslah sedemikian rupa sehingga
sebab-sebab itu bisa dimusnakan, setidak-tidaknya dikurangi. Operasi
penanggulangan itu karena harus mencangkup membangkitkan motovasi untuk
melepaskan diri dari kemiskinan, secara lebih mengefektifkan program-program
yang telah ada dengan lebih mengingat pula kemampuan si miskin untuk
memanfaatkannya, meningkatkan prasarana di pedesaan termasuk
pemukiman-pemukiman transmigrasi yang baru, dan menyempurnakan aparat
pemerintah yang langsung menghadapi dan menangani kaum miskin.
Referensi:
Santoso,Budi,1999,Ilmu Lingkungan Industri,Depok: Gunadarma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar